Thursday 9 June 2011

Kontroversi Kolam Lumba2 FKH UGM ^^

Selasa pagi. Prof.setyawan tiba-tiba tanya di ruang asisten, "gimana di luar, banyak orang?" terkejut sendiri, "lho, ga ada orang tuh prof, " kemudian "katanya mau ada demo..."
Sekitar pukul 10 pagi, serombongan orang berjalan tergesa-gesa, dipimpin oleh pa SB (wadek III) dan wanita bule, menuju lantai 3 gedung v4. rombongan berikutnya lebih banyak lagi, diantaranya ada eni, mas randy, dan mba nisa dian (selainnya pemuda tidak dikenal). Hmmm...yang terlintas di benak cuma ada seminar mendadak karena fakultas kedatangan tamu dari "luar" (overestimated mode: on).
It turned out to be the demonstration anyone spoke before. so here's the article (taken from Bulaksumur Pos ):

Pembangunan Kolam Lumba-lumba Menuai Kontroversi



©Afnan.bal
Rencana pembangunan kolam lumba-lumba di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM memicu protes. Senin (6/6), sekitar 20 orang yang tergabung dalam Animal Friends Jogja (AFJ) melakukan aksi protes di bunderan UGM. Unjuk rasa diisi dengan orasi dan juga aksi teatrikal memperagakan lumba-lumba yang dikurung.  Aksi protes ini mendapat pengawalan dari tim Satuan Keamanan dan Ketertiban Kampus (SKKK) dan beberapa petugas dari kepolisian.
Angelina Pane, manajer program AFJ, mengatakan terdapat beberapa alasan mengapa mereka menolak rencana tersebut. Menurutnya, penangkaran lumba-lumba akan memberi efek buruk pada lumba-lumba. Hal ini dikarenakan lumba-lumba mempunyai gelombang sonar. “Jika diletakkan dalam kolam, gelombang sonar yang mereka punya akan memantul pada dinding kolam dan menurunkan kekebalan tubuh mereka,” ungkapnya. Selain itu, lumba-lumba merupakan mamalia laut yang terbiasa melakukan penjelajahan puluhan ribu kilometer. Apabila ditaruh dalam kolam, lumba-lumba akan mengalami kejenuhan dan stres. Oleh karena itu, menurutnya penelitian lumba-lumba sebaiknya dilakukan di habitat aslinya.
Lebih lanjut, Angelina menambahkan bahwa rencana pembangunan ini dapat  mengarah pada upaya komersialisasi dan eksploitasi lumba-lumba. Indikasi ini ditemukan karena UGM bekerjasama dengan PT Wersut Seguni Indonesia (WSI). Menurutnya, PT WSI merupakan pengelola fasilitas rekreasi dan sirkus lumba-lumba. “Dikhawatirkan lumba-lumba yang niatnya dijadikan penelitian malah dieksploitasi menjadi sarana hiburan,” tambah Angelina.
Untuk menyatakan keberatan ini, Angelina menuturkan bahwa AFJ telah beberapa kali melayangkan surat kepada pihak dekanat FKH namun tak pernah ada tanggapan. Mereka pun beberapa kali menyambangi FKH untuk bertemu dengan dekan, namun selalu gagal untuk bertemu dengan pihak terkait. Dengan pertimbangan itu, aksi kemudian dilanjutkan dengan melakukan long march menuju FKH. Akhirnya setelah beberapa kali mencoba untuk menghubungi, mereka diterima oleh pihak dekanat untuk melakukan dialog.
Pihak dekanat sendiri, ketika menerima perwakilan dari pengunjuk rasa, mengatakan bahwa pembangunan kolam lumba-lumba ini baru sebatas wacana. Rencana ini masih memerlukan pengkajian dan telaah lebih dalam. “Wacana ini masih perlu dikaji. Untuk itu, kedepannya akan diadakan seminar untuk melakukan kajian lebih lanjut,” tutur drh. Bambang Sumiarto, selaku dekan FKH.
Perihal kerjasama dengan PT WSI, pihak dekanat FKH menolak berkomentar lebih lanjut. “Kalo soal MoU-nya, tanyakan langsung dengan pihak rektorat,” tutur drh. Setyo Budi selaku Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan. Ia menuturkan lebih lanjut, FKH hanya sebatas pelaksana saja. [Reinhart, Shandy]

Usut boleh usut ternyata demonstrasi ini dipicu (wow) dengan berita di Kompas, 27 April 2010 yakni:

Penelitian Lumba-Lumba Akan Ditingkatkan
Irene Sarwindaningrum | wah | Selasa, 27 April 2010 | 21:42 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian lumba-lumba masih sangat minim. Kelestariannya di laut pun terancam karena banyaknya pembunuhan. Padahal, satwa cerdas ini mempunyai potensi besar untuk berbagai tujuan kemanusiaan.
Untuk meningkatkan penelitian lumba-lumba, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan PT Wersut Seguni Indonesia menandatangani kerjasama untuk meningkatkan penelitian serta konservasi pada lumba-lumba.
Direktur utama PT Wersut Seguni Indonesia (WSI) Dheni Charso mengatakan, kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan UGM dimaksudkan untuk meningkatkan konservasi dan kesehatan pada lumba-lumba. Selama ini, konservasi lumba-lumba yang telah dilakukan PT WSI terhambat pada terbatasnya pengetahuan lumba-lumba .
"Kerjasama ini juga untuk penelitian gen dan penangkaran. Selain itu, juga untuk mengembangkan jenisnya dengan perkawinan silang antarspesies," katanya usai menandatangani nota kesepahaman di UGM, Yogyakarta, Selasa (27/4/2010).
Di bidang kesehatan, potensi lumba-lumba juga belum banyak diteliti. Padahal, berenang dengan lumba-lumba banyak memberi efek positif bagi anak autis, hiperaktif, maupun pasien yang menderita stres.
Menurut Dheny, selama ini PT WSI yang berlokasi di Weleri, Jawa Tengah, beberapa kali menerima lumba-lumba yang terluka parah.Banyak di antaranya yang tak tertolong dan akhirnya mati. Sebagian dari lumba-lumba itu diketahui sengaja dilukai oleh nelayan saat terjerat di jaring mereka.
"Beberapa nelayan membunuh atau memotong sirip lumba-lumba yang terjerat di jaringnya. Mereka mungkin kesal, karena setiap kali ada lumba-lumba terjala, jaring bisa dipastikan rusak. Padahal harganya bisa Rp 200 juta," katanya.
PT WSI juga mengembangkan obyek wisata pantai dan kesehatan dengan lumba-lumba yang berada dalam perawatan tersebut. Melalui program Berenang dengan Lumba-lumba untuk Kesenangan dan Kesehatan , masyarakat dapat berenang dengan lumba-lumba selama satu jam. Program kesehatan ini menunjukkan hasil meredakan pada kelainan dan ketegangan saraf seperti autisme, stres, dan hiperaktif.
"Tim medis dari PT WSI Dwi Restu Seto mengatakan, pengetahuan lumba-lumba di Indonesia sangat minim. Kita bahkan tidak tahu pasti berapa jumlahnya setiap spesies, sehingga tidak tahu mana yang mulai terancam punah," ujarnya.
Menurut Dwi, perairan Indonesia sangat kaya akan lumba-lumba. Tercatat sekitar 13 spesies lumba-lumba asli perairan Indonesia. Salah satunya adalah lumba-lumbat air tawar di Kalimantan yang dikenal dengan nama pesut. Perairan Indonesia juga dilintasi sekitar 30-an spesies lumba-lumba yang bermigrasi secara rutin.
Dekan FKH UGM Bambang Sumiarto menuturkan, FKH UGM berencana memperdalam penelitian pada mamalia laut. Untuk itu, UGM tengah merencanakan pembangunan kolam lumba-lumba di kawasan kampus. Pembangunan direncanakan sekitar Bulan September.
Terkait hal itu, Rektor UGM Sudjarwadi mengatakan, penelitian pada lumba-lumba bisa menjadi penelitian unik yang mengangkat nama Indonesia di tingkat dunia. Hal ini mengingat sejumlah lumba-lumba merupakan spesies asli Indonesia yang sulit ditemukan di perairan lain. 

dan pada berita di Kompas tersebut, ada komentar dari Putu Liza Mustika, isinya sebagai berikut:

Senin, 3 Mei 2010 | 13:00 WIB

Re: George Richard: penangkaran lumba-lumba itu sangat sulit dilakukan karena binatang ini berumur panjang dan baru berkembang biak saat berumur 10 tahun (untuk jenis Tursiops sp atau bottlenose dolphins). Selain itu mamalia laut pada umumnya (khususnya lumba-lumba) adalah binatang sosial yang sangat cerdas dan biasa berkelana sejauh puluhan kilometer dalam sehari. Di dalam fasilitas rekreasi atau kolam pemeliharaan, lumba-lumba ini akan dipaksakan untuk tinggal di kawasan yang sempit dan terkungkung; sedemikian sehingga kebutuhan mental, fisik, dan sosial mereka tidak akan terakomodasi. Hewan-hewan tersebut akan mengalami stress, kebosanan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Di gelanggang samudera atau fasilitas sejenis, para pengunjung juga tidak akan dapat menyaksikan tingkah laku dan kecerdasan alami hewan-hewan ini. By the way, saya tahu tentang lumba-lumba dan mamalia laut karena saya sedang menyelesaikan studi S3 saya tentang mamalia laut di James Cook University di Australia. Saya sarankan agar Kompas mencari tahu lebih lanjut tentang konservasi mamalia laut sebelum menulis berita semacam ini. Ada beberapa praktisi konservasi mamalia laut di Indonesia, dan saya dapat memberikan rekomendasi beberapa nama.

berdasarkan Eni sendiri selaku ketua KSSL (kelompok studi satwa liar.red), mereka sendiri memilih "netral" antara mendukung pihak fakultas atau tidak. Boleh jadi argumen yang dibawa AFJ memang bukti ilmiah (well, lebih tepatnya berasal dari komentar di berita Kompas), namun juga tidak berarti sepenuhnya benar. But anyway, ide bagus membuat kolam lumba2, UGM (dan FKH tentunya) makin terkenal dengan kedatangan hewan yang-tidak-murah-pemeliharaannya-ini dan pastinya butuh rencana matang dan tujuan yang konsisten demi tercapainya hal ini. Daripada rencana kurang matang, seenaknya bawa lumba-lumba, kemudian keuangan putus di tengah jalan, perawatan terbengkalai, wah...bisa kacau itu >_< Doain yang terbaik buat semuanya deh ^^

2 comments:

  1. Lumba-lumba dan semua cetacea lainnya dideklarasikan sebagai Non-human Person atau makhluk setara manusia yang memiliki kecerdasan intelegensia dan sosial yang tinggi. Maka dari itu, mereka:
    1. Berhak untuk hidup secara bebas
    2. Tidak boleh dikurung, dijadikan objek penelitian kejam, atau dipindahkan dari habitat aslinya.
    3. Tidak boleh dijadikan hak milik suatu negara, organisasi, perusahaan, kelompok atau individu.

    (Disampaikan dalam American Association for the Advancement of
    Science, konfeerensi science terbesar di dunia). Semoga si Yudha itu cepat disadarkan :)

    Salam hangat buat mbak Eni dan teman-teman Biolaska (yang dah lama nggak kelihatan di dunia perburungan).

    ReplyDelete
  2. terima kasih banyak atas masukannya :) semoga ilmu pengetahuan tidak dijadikan sekedar alasan untuk menghapuskan animal welfare, namun ilmu pengetahuan seharusnya bisa membantu pencapaian animal welfare secara maksimal.

    baik, nanti saya sampaikan :D

    ReplyDelete